Selasa, 20 Juli 2010

Rembang Petang Di Pulau Umang - Sumur


Sore sudah hampir berujung ketika saya tiba di pantai Legon, tidak jauh di sebelah utaranya kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten. Pulau Umang memang menjadi tujuan saya sore itu. Di sana saya ingin menyaksikan detik-detik matahari tenggelam di horizon barat dari tempat paling barat di pulau Jawa.

Hanya ada satu dermaga yang disinggahi perahu motor yang mengantar-jemput pengunjung pulau Umang. Tidak jauh dari dermaga ada sebuah bangunan bergaya tradisional, berdiri menghadap pantai, yang dikelilingi oleh halaman parkir cukup luas. Sudah ada banyak mobil dan bis wisata parkir di sana. Rupanya bangunan ini adalah semacam kantor administrasi yang mengelola pulau Umang dan segenap aktifitas yang terkait dengan wisata pulau Umang.

Seorang petugas segera menghampiri dan menanyakan keperluan kedatangan saya dan seorang teman. Bagi petugas itu, sangatlah jarang pengunjung yang ujug-ujug sampai di situ tanpa melakukan pemberitahuan sebelumnya. Rupanya semua pengunjung pulau Umang biasanya sudah melakukan reservasi di kantor perwakilan manajemen Pulau Umang Resort & Spa di Jakarta, sedangkan saya njujug saja ke tempat itu dengan alasan hendak melakukan survey lokasi tujuan wisata.

Biaya untuk mengunjungi pulau Umang adalah Rp 100.000,- per orang, termasuk untuk menyeberang pergi-pulang dan seorang pemandu yang akan menemani selama kunjungan. Jam berkunjung bebas, asal tidak kelewat malam maka perahu motor akan siap mengantar kebali ke dermaga Legon. Perjalanan menyeberangnya sendiri sebenarnya hanya sekitar 15 menit, dengan perahu motor yang dilengkapi dengan baju pelampung.

***

Pulau Umang terletak di teluk Panaitan yang membentang di perairan antara Tanjung Lesung di sebelah utara dan Ujung Kulon di sebelah selatan. Luas pulau ini hanya sekitar 5 hektar. Di sebelah selatannya terdapat pulau Oar yang luasnya hanya sekitar 3,5 hektar dan berjarak 10 menitan berperahu motor dari pulau Umang. Karena hanya dua dumuk gundukan karang, maka kedua pulau ini tidak akan muncul di peta Indonesia.

Pulau Umang dan pulau Oar adalah properti pribadi milik seorang pengusaha dari Jakarta. Oleh karena itu wajar kalau pemiliknya berhak mengatur pengelolaan kedua pulau ini. Ibaratnya, kedatangan saya sebenarnya bukan sebagai wisatawan melainkan tamu yang masuk ke rumah orang. Perlu kulo nuwun dulu, lalu dituanrumahi oleh seorang pemandu, dan untuk semua itu harus mbayar..... Belum lagi kalau mau nunut makan dan bermalam.

Begitu mendarat di dermaga kedatangan di Pulau Umang, langsung disambut dengan ramah oleh seorang pemandu wisata. Tampak sebuah bangunan utama yang di depannya membentang sebuah kolam renang cukup luas yang salah satu batas tepinya berbatasan dengan bibir pantai. Bagus sekali. Sebelum jalan-jalan mengelilingi pulau Umang, sempat ngobrol-ngobrol dulu dengan sang pemandu sambil disuguhi jus kiwi, di lobby yang interior dalamnya terkesan antik. Tahulah saya, untuk menginap semalam di pulau Umang pada saat weekend perlu biaya hingga 1,5 juta rupiah per kamar yang berupa setengah villa, yaitu sebuah villa yang terbagi dua, masing-masing cukup untuk ditinggali sebuah keluarga. Sedangkan untuk makan telah disediakan paket bernilai dua-tiga ratusan ribu rupiah per orang per hari.

Sambil berjalan mengelilingi pulau Umang, sambil melihat-lihat bagian dalam bangunan villa yang berarsitektur minimalis, berkonstruksi kayu, tapi artistik. Bagian bawahnya ruang tamu dan kamar mandi bergaya ndeso, sedang mezanine atasnya untuk kamar tidur berukuran cukup luas. Ada 30 buah villa (yang berarti 60 kamar) yang setengah jumlahnya berkonsep sunrise karena menghadap ke arah matahari terbit di pagi hari dan setengah sisanya berkonsep sunset karena menghadap matahari tenggelam di senja hari. Di depan bangunan villa, tepat di bibir pantai dibangun banyak gazebo tempat para tamu dapat bersantai lesehan atau klekaran, beristirahat menikmati pemandangan pantai dan laut.

Berwisata ke pulau Umang agaknya menjadi kurang pas bagi wisatawan berkantong pas-pasan. Memang kebanyakan tamunya adalah warga Jakarta dan sekitarnya yang berniat membelanjakan simpanan anggarannya untuk agenda rekreatif yang berbeda. Dan jangan heran kalau setiap akhir pekan selalu ramai dikunjungi tamu. Ingin lebih puas tinggal di pulau Umang? Jangan khawatir, beli saja sebuah villa-nya yang berharga 1,5 milyar rupiah. Nyatanya memang ada juga yang membeli untuk dimiliki.

Berjalan mengelilingi pulau Umang tidak perlu waktu lama. Pemandangan alam pantainya sungguh mempesona. Terlebih di saat rembang petang di kala langit sedang terang benderang. Matahari nampak indah sekali sedikit demi sedikit menyembunyikan prejengan wajahnya, meninggalkan berkas dan pantulan cahaya di langit biru semburat merah, memantul pada bongkah-bongkah awan di angkasa (Ugh...., susah sekali merangkai kata-kata seperti ini......). Romantisme menikmati fenomena alam keseharian seperti itulah agaknya yang ingin dibeli wisatawan ber-budget tebal di pulau Umang. Padahal tidak usah menyeberang ke pulau Umang, melainkan nongkrong saja di pantai menghadap ke arah barat juga akan sama kenampakannya. Entah apa bedanya.....

Pasir pantainya berwarna putih bersih, tapi setelah terhempas oleh ombak ke daratan di beberapa tempat terlihat menjadi tidak bersih lagi, sebab onggokan sampah, kayu, plastik, sandal jepit, ikut terhempas di garis pantai. Onggokan batu-batu karang dan pepohonan yang tumbuh di antaranya, di bagian agak ke tengah laut, menambah pesona pemandangan alamnya yang begitu indah.

Di pulau Umang banyak ditanami pohon ketapang dan waru sehingga terkesan teduh dan berangin semilir. Cocok untuk digunakan sebagai arena bebas beraktifitas alam terbuka. Bagi penggemar olahraga air juga tersedia jetski atau speedboat. Bagi mereka yang hobi memancing malam hari tentu akan menyukai tempat ini. Bagi pengunjung yang menggemari wisata laut, perlu menyempatkan untuk menyeberang ke pulau Oar yang tidak berpenghuni. Alam daratan dan lautnya masih asli sehingga sangat cocok untuk berolahraga menyelam atau snorkling, di antara terumbu karang yang mengitari pulau Oar.

***

Sayangnya belum ada jalan tembus yang layak dilalui kendaraan yang menghubungkan dari Tanjung Lesung ke Legon, sehingga untuk mencapai dermaga penyeberangan di Legon harus menempuh jalan agak memutar melalui kecamatan Cibaliung dan Sumur. Kalau tidak, mestinya pulau Umang akan lebih enak dicapai dari pantai Carita terus ke selatan melalui Labuan dan menyusuri pantai barat Pandeglang. Pemandangan alam pada jalur ini tentunya akan lebih menarik ketimbang jalur yang harus dilalui sekarang.

Rute jalan untuk mencapai Legon cukup mudah dan aman. Mudah, karena banyak dilalui kendaraan umum dari Jakarta, Serang, Pandeglang atau Labuan. Juga tidak sulit kalau hendak dicapai dengan kendaraan pribadi. Dari Jakarta menuju Sumur jaraknya sekitar 215 km atau sekitar 4-5 jam perjalanan darat. Aman, karena melintasi kawasan yang mulai ramai lalulintasnya maupun dekat dengan pemukiman penduduk. Kalau dibilang kurang aman, itu karena setelah keluar dari Labuan, kondisi jalannya belak-belok melintasi pegunungan dan di beberapa lokasi kondisi jalannya agak sempit dan rusak.

Sebelum meninggalkan pulau Umang, selewat matahari terbenam hari mulai malam tapi tidak terdengar burung hantu, beruntung saya sempat bertemu dengan Pak Christian, sang pemilik properti. Ceritanya pulau itu dibeli pada tahun 1980, lalu tahun 1998 mulai dibangun dan dikembangkan untuk tujuan komersial, dan baru pada akhir 2004 mulai dibuka untuk umum. Dalam upayanya turut mengembangkan wilayah di pantai barat Pandeglang, kini Pak Christian sedang ancang-ancang memasuki industri agrowisata. Beberapa klaster lahan pertanian disiapkan yang nantinya akan ditawarkan kepada investor dengan melibatkan masyarakat sebagai petani penggarap. Ada yang berminat?


Sumber :
Yusuf Iskandar
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=8151
11 Mei 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar