Selasa, 20 Juli 2010

Peluang Kabupaten Cibaliung









Tidak mau ketinggalan dengan masyarakat di daerah lain, masyarakat di tujuh kecamatan yang ada di eks Kewadanaan Cibaliung, yaitu masyarakat Kecamatan Cibaliung, Cibitung, Cigeulis, Cikeusik, Cimanggu, Panimbang dan Sumur, juga mengajukan tuntutan pembentukan Kabupaten Cibalung, terpisah dari induknya Kabupaten Pandeglang. Terlepas dari akan disetujui atau tidak oleh pemerintah pusat, namun aspirasi masyarakat tersebut patut diberi dukungan dan apresiasi, baik oleh Pemerintah Daerah (Pemda) maupun DPRD Kabupaten Pandeglang, begitu pula Pemda dan DPRD Propinsi Banten.
Tampaknya berbagai upaya yang telah ditempuh masyarakat Cibaliung mulai mendapatkan 'lampu hijau', tujuh fraksi di DPRD Pandeglang menyatakan setuju pada Rapat Paripurna 15 Desember 2006 yang lalu. Begitu pula Bupati Pandeglang, HA Dimyati mulai memberikan respons, antara lain dengan rencana pengalokasian dana sebesar Rp. 500 juta dalam APBD 2007 untuk biaya pengkajian wilayah.

Proses yang berlangsung ditingkat kabupaten akan berjalan cukup alot, mengingat dalam waktu yang bersamaan, masyarakat eks Kewadanaan Caringin juga mengajukan tuntutan serupa. Kabupaten Pandeglang saat ini dapat diibaratkan seperti 'induk' yang akan melahirkan 'anak kembar'. Bisa saja hasil kajian memberikan kesimpulan untuk mendahulukan salah satunya, terlebih dahulu membentuk Kabupaten Cibaliung, setelah itu baru Kabupaten caringin. Bisa juga sebaliknya, Kabupaten Caringin dulu, baru Cibaliung. Kemungkinan lain, bisa saja Cibaliung dan Caringin digabungkan menjadi satu Kabupaten.

Setelah tahapan ditingkat kabupaten dapat diselesaikan, baik meliputi inisiatif maupun penelitian, langkah berikutnya usulan pembentukan kabupaten disampaikan ke pemerintah pusat melalui Gubernur Banten. Selanjutnya tim dari pusat, dalam hal ini Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD) melakukan observasi dan penilaian. Jika DPOD menyetujui, maka RUU Pembentukan Kabupaten Cibaliung diusulkan ke presiden. Apabila Presiden RI setuju, maka RUU disampaikan ke DPR untuk disyahkan menjadi UU Pembentukan Kabupaten Cibaliung.

Pembentukan Kabupaten Cibaliung membutuhkan perjuangan yang tidak kenal menyerah, untuk tingkat kabupaten harus 'bersaing' dengan Caringin. Ditingkat Propinsi 'bersaing' dengan usulan pembentukan Kota Serang (pemekaran Kab. Serang), Kota Tangerang Selatan (pemekaran Kab Tangerang) dan Kabupaten Cilangkahan (pemekaran Kab Lebak). Sementara ditingkat pusat harus 'bersaing' dengan lebih dari seratus usulan pembentukan daerah baru.

Potensi Cibaliung
Untuk menilai layak-tidaknya sebuah kawasan menyandang status daerah otonom setingkat kabupaten, paling tidak ada enam kriteria yang harus dipenuhi, yaitu kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk dan luas daerah.

Pertumbuhan ekonomi calon Kabupaten Cibaliung saat ini sekitar 4-5 persen, dengan pendapatan per kapita per bulan sekitar Rp. 300.000 – 350.000,-, sedangkan garis kemiskinan sebesar Rp. 130.000 – 150.000,- Sehingga diperkirakan persentase penduduk miskin ada pada kisaran 12-14 persen, dari jumlah penduduk yang mencapai 247 ribu jiwa (22 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Pandeglang). Komunitas masyarakat yang berpeluang besar hidup di bawah garis kemiskinan ialah ribuan nelayan, yang tersebar di garis pantai Samudera Indonesia, Teluk Keusiklega, Teluk Peucang, Teluk Selamat Datang, Selat Sunda dan Teluk Lada. Potensi perikanan dan kelautan calon Kabupaten Cibalung sangat besar, tetapi pengelolaannya masih bersifat konvensional. Dengan demikian sektor tersebut perlu menjadi prioritas utama bagi pemerintah Kabupaten Cibaliung kelak.

Kabupaten Cibaliung akan memiliki luas wilayah 1.692 km2 (62 persen dari luas Kabupaten Pandeglang). Dengan tingkat kepadatan penduduk rata-rata 146 jiwa per km2, maka daerah ini akan menjadi kabupaten dengan kepadatan penduduk paling rendah dan jumlah penduduk paling sedikit di Pulau Jawa. Hal tersebut mengindikasikan dua hal, yaitu masih banyaknya ruang hijau dan terbuka (sebagian masih berupa hutan) dan terjadinya kelangkaan penduduk dibanding daerah lain. Distribusi penduduk calon Kabupaten Cibaliung tidak merata, berkisar antara 74 – 296 jiwa per km2. Kecamatan Sumur paling langka penduduknya, sedangkan Kecamatan Panimbang jauh lebih padat dibanding enam kecamatan lainnya.

Kecamatan Sumur merupakan pintu masuk ke Taman Nasional Ujung Kulon, berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan pariwisata, baik wanawisata, ekowisata maupun wisata bahari. Potensi wisata bahari lainnya ada di Kecamatan Panimbang, terutama di Pantai Lada dan Tanjung Lesung. Begitu pula pantai selatan yang termasuk wilayah kecamatan Cikeusik, Cibitung dan Cimanggu. Di lepas pantai daerah-daerah tersebut terdapat Pulau Tinjil dan Pulau Deli. Sedangkan di lepas pantai barat terdapat Pulau Panaitan, Pulau Peucang dan Pulau Handeuleum.

Pemerintah Kabupaten Cibaliung kelak, harus mampu mendatangkan investor untuk menggarap kawasan tersebut menjadi kawasan wisata internasional. Resort dengan fasilitas seperti snorkeling, outbond, jetski, banana boat, jacuzzy, spa, trekking, gazebo on the beach dan breeding butterfly, dapat dikembangkan di kawasan tersebut.
Setelah sektor perikanan dan kelautan serta pariwisata, potensi calon Kabupaten Cibaliung berikutnya ialah pertanian. Sampai saat ini masih lebih dari 50 persen penduduk memiliki pekerjaan utama di sektor pertanian, dengan tingkat pendapatan yang rendah, terutama untuk subsektor tanaman pangan.
Pertanian di Cibaliung yang umumnya masih tradisional perlu dikembangkan dengan sistem agrobisnis, yaitu dengan memadukan bagian hulu dan hilir. Mulai dari produksi, panen, pengolahan sampai pemasaran harus ada keterpaduan, sehingga petani benar-benar menikmati nilai tambah.

Berbagai Dampak
Jika Cibaliung berhasil menyandang status sebagai daerah otonom, maka sebagai konsekuensinya akan mendapat dampak positif dan negatif. Dampak positif, daerah ini akan memiliki perangkat pemerintahan, baik Pemda dengan dinas-dinas teknisnya, maupun DPRD sebagai penyalur aspirasi masyarakat. Jika dua elemen pemerintahan ini bekerja profesional, maka kesejahteraan masyarakat pun dengan sendirinya akan meningkat. Sebagai gambaran, dengan adanya Dinas Pendidikan Kabupaten Cibaliung, maka berbagai persoalan bidang pendidikan seperti buta huruf, putus sekolah, kekurangan fasilitas belajar-mengajar dan sebagainya lebih mudah untuk mengatasinya. Namun jika elemen pemerintahan mengalami disfungsi kinerja, malah yang terjadi justru akan tambah menyengsarakan masyarakat.

Dampak negatif dari terbentuknya Kabupaten Cibaliung ialah kawasan ini menjadi 'terbuka', apalagi jika Pemda mampu mendatangkan investor. Pepatah mengatakan ada gula ada semut, maka pertumbuhan penduduk akan meningkat pesat. Jika tidak tertanggulangi angka pengangguran pun akan bertambah. Setiap penambahan jumlah penduduk maka eksploitasi terhadap sumberdaya alam pun akan meningkat. Padahal kawasan ini menyimpan sedikit dari cagar alam yang ada di Pulau Jawa.
Dengan demikian perlu antisipasi sejak dini, supaya tujuan utama pembentukan Kabupaten Cibaliung, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, benar-benar tercapai. Langkah tersebut perlu dirumuskan dalam Rencana Stretegis Pembentukan kabupaten Cibaliung. (Atep Afia)


Sumber :
Atep Afia
http://bantenkuring.blogspot.com/2009/03/peluang-kabupaten-cibaliung.html
11 Maret 2009


Sumber Gambar:

http://www.deptan.go.id/daerah_new/distanak_banten/PETA%20KAWASAN/
http://www.yjoc.web.id/index.php?topic=77310.0

http://www.tanjunglesung.com/images/map_cvke.jpg

http://www.tanjunglesung.com/map_java.html

http://ridwanox.blogspot.com/2009/10/gempa-ujung-kulon-64-sr-dengan-berbagai.html

http://advocacy.britannica.com/blog/advocacy/2008/03/the-javan-rhinoceros-a-status-report-and-possible-management-strategy/

Peta Cibaliung


View Larger Map

Cibaliung Siap Mandiri

Ketua Badan Koordinasi Pembentukan Kabupaten Cibaliung, Ali Balfas, menjelaskan, daerah itu memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang melimpah sehingga jika pendiriannya disetujui, kabupaten tersebut akan bisa mendiri.

"Potensi SDA di wilayah bakal Kabupaten Cibaliung sangat banyak, jadi setelah terbentuk, daerah ini akan cepat mandiri," katanya di Pandeglang, Kamis.

Wilayah bakal Kabupaten Cibaliung terdiri dari delapan kecamatan di antaranya Kecamatan Sumur, Cimanggun, Cibaliung, Cikeusik, dan Panimbang, dan seluruhnya memiliki potensi yang besar.

Potensi yang di wilayah itu, di antaranya pertambangan emas, pasir besi, minyak, pertanian, perikanan, perkebunan, dan kehutanan.

"Untuk perkebunan, kita malah memiliki potensi besar sekali dengan hasil kayu berkualitas seperti mahoni dan jati. Kebutuhan jati ke berbagai daerah di Jawa pun dipasok dari Cibaliung," ujarnya.

Menurut dia, saat ini, dari pendapatan asli daerah (PAD) yang diperoleh Kabupaten Pandeglang sekitar Rp 50 miliar per tahunnya sebesar 50 persen di antaranya berasal dari daerah yang nantinya masuk ke Kabupaten Cibaliung.

Mengenai nama kabupaten dan calon ibu kota, menurut dia, semua pihak yang terlibat dalam pemekaran itu sepakat menggunakan nama Kabupaten Cibaliung dengan ibukota di Kecamatan Cibaliung yang lokasinya berada di tengah-tengah.

Ia juga berharap, agar pembentukan Kabupaten Cibaling dapat segera direalisasikan karena masyarakat sangat ditunggu oleh masyarakat setempat. "Masyarakat ingin pembentukan Kabupaten Cibaliung segera teralisasi karena pelayanan pemerintahan bagi warga bisa lebih optimal," katanya.

Saat ini, kata dia, pelayanan pemerintahan terhadap masyarakat di Pandeglang bagian selatan, yang nantinya masuk wilayah Kabupaten Cibaling kurang maksimal dan warga sulit mendapatkan akses.

Ali mencontohkan, untuk pengurusan akta kelahiran, warga dari Kecamatan Cibaliung harus ke Kota Pandeglang dengan jarak temput yang sangat jauh.

Pemerintah Kabupaten Pandeglang, kata dia, menggratiskan pembuatan akta kelahiran, tapi karena jaraknya sangat jauh, maka warga Cibaling masih harus mengeluarkan dana hingga Rp 200 ribu untuk transportasi.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pandeglang, Banten, mendukung pembentukan Kabupaten Cibaliung yang merupakan pemekaran dari kabupaten tersebut. "Kita mendukung pembentukan Kabupaten Cibaliung sebagai pemekaran dari Pandeglang, karena selain merupakan aspirasi masyarakat juga memang sudah seharusnya dimekarkan," kata Ketua DPRD Pandeglang, Roni Bahroni.

Wilayah Kabupaten Pandeglang saat ini cukup luas, dengan 35 kecamatan sehingga sudah seharusnya dimekarkan.


Sumber :
http://regional.kompas.com/read/2010/01/21/20523873/Cibaliung.Siap.Mandiri
21 Januari 2010

Mohammad Naim: Menggagas Cibaliung Jadi Kabupaten

Secara pragmatis, kehidupan Mohammad Naim di Serang, pusat ibukota Banten, tampak mapan. Sehari-hari ia menjadi dosen FKIP di Untirta, selain berkiprah sebagai Direktur Lembaga Kajian Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Indonesia (LKP3I) Banten. Tetapi kenapa ia masih rela menguras energinya dengan gigih memperjuangkan Cibaliung menjadi kabupaten. Benarkah hanya karena panggilan jiwa sebagai putra daerah, atau ada sesuatu yang ia kejar?

Hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Ungkapan itu sering dijadikan benteng bagi orang-orang yang memiliki kecintaan besar terhadap tanah kelahirannya. Bisa jadi ungkapan itu pula yang menjadi alasan kuat bagi Naim untuk tidak melupakan kampung kelahirannya. Pria kelahiran Cibaliung, 6 Juni 1965 ini beberapa tahun terakhir benar-benar menguras energi dan memusatkan sebagian perhatiannya kepada perjuangan pembentukan Kabupaten Cibaliung.

Ditemui di kampus Untirta usai mengajar, Kamis (13/3) Naim mengisahkan kronologis dan perjalanan panjangnya menggagas Cibaliung, terpisah dari Kabupaten Pandeglang. Menurutnya, keinginan membentuk Kabupaten Cibaliung bukanlah gagasan miliknya sendiri, tetapi keinginan seluruh masyarakat Cibaliung. Keinginan dari lapisan paling bawah itu pun kemudian berhembus ke kalangan putra daerah Cibaliung yang berkarier di pusat ibukota Banten. Katakanlah kalangan anggota DPRD Banten, termasuk kalangan akademisi seperti Naim.

Suatu hari, Naim pun bertemu dengan salah seorang anggota DPRD Banten asal Cibaliung. Mereka kemudian membahas keinginan untuk membentuk Kabupaten Cibaliung tersebut. Bagi Naim keinginan tersebut tidak berhenti sebatas keinginan semata. Ia kemudian menindaklanjutinya dengan langkah nyata. Bersama tokoh masyarakat Cibaliung Naim kemudian membantuk Komite Pembentukan Kabupaten Cibaliung (KPKC). Di komite tersebut Naim duduk sebagai wakil ketua, mendampingi Ali Balpas sebagai ketua.

Seorang diri Naim pergi ke Bandung, menemui Prof. Sadu, guru besar STPDN Bandung untuk beriskusi bagaimana melakukan kajian terhadap potensi Cibaliung untuk menjadi sebuah kabupaten. Prof. Sadu sendiri sempat terperangah. Biasanya keinginan membentuk sebuah kabupaten berasal dari pemerintah daerah. Tetapi untuk Cibaliung, keinginan itu justru lahir dari grass root. Prof. Sadu yang tertarik pun akhirnya turun ke Cibaliung melakukan kajian. “Tahu nggak anggarannya dari mana? Hasil swadaya masyarakat Cibaliung. Ada yang menyumbang seratus ribu rupiah, satu juta rupiah, dua juta, tergantung kemampuan masing-masing,” tutur Naim.

Hasil penelitian dan kajian yang dilakukan Prof. Sadu ternyata Cibaliung lulus bersyarat. Ini benar-benar kabar gembira dan semakin membuat masyarakat Cibaliung berapi-api mewujudkan gagasan dan keinginannya. Naim pun tidak main-main lagi. KPKC pun ditindaklanjuti di Banten, yakni membentuk Badan Koordinasi Percepatan Pembentukan Kabupaten Cibaliung (Bakor P2KC). Di sini Naim duduk sebagai Sekjen, mendampingi H. Ade Asnawi sebagai ketua. “Bakor P2KC dan KPKC hanya beda wilayah tugas. KPKC bertugas di internal kegiatan pembentukan, sedangkan Bakor P2KC tugasnya menindaklanjuti urusan ke tingkat pusat, seperti ke Kabupaten Pandeglang dtau ke Provinsi Banten,” tutur Naim.

Salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam kalimat “lulus dengan catatan” tak lain persetujuan Bupati Pandeglang untuk membantu biaya pembentukan selama 3 tahun. Makanya dalam perjuangan pembentukan Kabupaten Cibaliung, saat Pilkada Pandeglang tahun 2007 lalu, masyarakat Cibaliung pun secara politis mendukung calon bupati yang mau membantu pembentukan Kabupaten Cibaliung selama 3 tahun. Dan kandidat itu tak lain Dimyati Natakusumah, Bupati Pandeglang sekarang.

“Masyarakat Cibaliung sudah membuat perjanjian dengan Bupati Dimyati. Bahkan Pak Dimyati menandatangani perjanjian itu. Tetapi setelah menjadi bupati, entah kenapa Bupati Dimyati selalu mengabaikan perjuangan kami. Surat persetujuan sudah dibuat oleh Bupati Dimyati, tapi kenapa sudah 3 bulan tidak pernah dikirim ke Provinsi Banten. Ada apa? Sesibuk-sibuknya seorang bupati, bukan alasan untuk tidak sempat mengirim surat itu dalam rentang waktu 3 bulan. Terus terang, kami merasa dikhianati dan akan terus menagih janji Bupati Dimyati,” kata Naim.

Disinggung soal motif di balik perjuangannya membentuk Kabupaten Cibaliung, Naim menegaskan keinginannya benar-benar karena panggilan jiwanya sebagai putra daerah asal Cibaliung semata. Tak ada istilah ada udang di balik batu, apalagi mengincar ingin menjadi bupati atau pejabat di sana. “Sebagai putra daerah, ada kebanggaan dan kepuasan moral bila berhasil membuat tanah kelahirannya maju dan berkembang, bukan? Begitu juga saya. Saya ingin tanah kelahiran saya maju dan berkembang, tidak begitu-begitu terus,” kata Naim.

Meski tidak mengincar sesuatu di balik perjuangannya, namun Naim juga tetap waspada, jangan sampai orang luar yang tidak berjuang apa-apa tahu-tahu masuk dan menikmati hasil perjuangannya. “Jangan sampai orang teu mais teu meuleum ngadahar paisanna. Jangan sampai orang yang tidak mepes, tidak membakar, kok menikmati pepesannya. Setidaknya yang menjadi pejabat di sana ya orang Cibaliung juga,” tutur Naim yang masih suka pulang ke rumah orangtuanya di Kampung Ciapus Desa Cikadongdong Kecamatan Cikeusik, Cibaliung.

Cibaliung Pemasok PAD 30 Persen
Sebagai kota kecamatan yang terletak di ujung selatan Kabupaten Pandeglang, Cibaliung memang menyimpan potensi yang cukup besar. Selain memiliki potensi pertambangan emas, Cibaliung juga ditopang oleh sektor kehutanan, pertanian, perkebunan dan pariwisata.

Dari berbagai potensi yang dimilikinya selama ini, Cibaliung mendongkrak dan memasok pendapatan asli daerah (PAD) sekitar 30 sampai 35 persen untuk Kabupaten Pandeglang. Itulah sebabnya, masyarakat Cibaliung merasa layak mandiri dan terpisah dari kabupaten induknya.

Di sektor pariwisata, Cibaliung memiliki objek wisata pantai yang panjang, mulai dari Sumur sampai Ujungkulon. Dari sektor kehutanan, perkebunan dan pertanian, Cibaliung merupakan penghasil kayu, padi, dan buah-buahan. Potensi ini belum didukung potensi sejumlah kecamatan yang ada di sekitarnya jika sudah terbentuk menjadi kabupaten. Antara lain Kecamatan Sobang, Panimbang, Perdana, dan Cikeusik.

“Potensi ini tidak akan membuat Kabupaten Pandeglang terlalu kehilangan sumber PAD, sebab sumber PAD yang lebih besar diperoleh dari Caringin dengan sektor wisatanya. Makanya, Bupati Pandeglang sudah merestui dan menyetujui pembentukan Kabupaten Cibaliung,” kata Naim.

Dari segi percepatan pembangunan, keberadaan Kabupaten Cibaliung diharapkan bisa memangkas alur birokrasi bagi masyarakat pedalaman yang terlampau jauh bila harus melakukan koordinasi ke Pandeglang.

Alasan paling mendasar bagi masyarakat Cibaliung untuk mandiri sebenarnya karena pemerataan pembangunan yang dirasakan tidak menjangkau wilayah mereka. Selama berpuluh-puluh tahun, program pembangunan yang dilakukan Kabupaten Pandeglang tidak menyentuh wilayah Cibaliung dan sekitarnya. Padahal, Cibaliung sudah memasok PAD sedikitnya 30 persen untuk Kabupaten Pandeglang.

Biodata:
Nama: Mohammad Naim
Tempat Tgl Lahir: Cibaliung, 6 Juni 1965
Istri: Ida Sa’adiah
Anak: 3 orang

Pengalaman kerja:
Dosen FKIP Untirta Banten
Bank Susila Bhakti (BSB) Cilegon
Kreo Perkasa Aryanusa Bank
ACC Bank
Dosen FKIP Untirta Banten
Direktur LKP3I Banten


Sumber :
http://www.koranbanten.com/2008/03/18/mohammad-naim-menggagas-cibaliung-jadi-kabupaten/
18 Maret 2008

Di Cikeusik, Cimanggu dan Cibitung Dibuka Areal Tanaman Jagung Seluas 20 Ribu Ha

PT Nindya Laksana Bhakti akan membuka areal pertanaman jagung seluas 20 ribu hektar (ha) di Kabupaten Pandeglang Banten karena kondisi tanah dan iklimnya sesuai serta akses jalan raya yang mudah.
Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Pandeglang Djadja Suhardja di Pandeglang, Kamis mengatakan lokasi perkebunan jagung tersebut terletak di tiga kecamatan yakni Cikeusik, Cimanggu dan Cibitung.
"Berdasarkan pengamatan sementara, tiga lokasi itu cocok untuk pengembangan tanaman jagung terpadu, karena memiliki kesesuaian lahan seperti kondisi tanah dan iklimnya," katanya.

PT Nindya Laksana Bhakti merupakan afiliasi dari Integrated Corn Industry, dan membutuhkan bahan baku berupa jagung pipilan sebanyak 1.000 ton per hari,
Mengenai penyebaran areal kebun jagung itu, menurut dia, di Kecamatan Cikeusik meliputi Desa Tanjungan 2.000 Ha, Sukawaris 500 Ha, Sumurbatu 500 Ha, Parungkokosan 1.260 Ha dan Sukamulya 550 Ha, Desa Umbulan 1.000 Ha dan Desa Cikeusik 100 Ha.

Kemudian di Kecamatan Cibitung meliputi delapan desa yakni Desa Sindangkerta 300 Ha, Manglid 500 Ha, Cikiruh 500 Ha, Kiarapayung 500 Ha, Kutakarang 1.000 Ha, Citeluk 500 Ha, Kiarajangkung 500 Ha dan Malangnengah 300 Ha.
Sedangkan Kecamatan Cimanggu jumlah Desa yang terkena proyek ini juga sebanyak delapan desa, yakni Desa Rancapinang 300 Ha, Cibadak 300 Ha, Batuhideung 600 Ha, Kramatjaya 450 Ha, Padasuka 300 Ha, Cijaralang 2.000 Ha, Mangkualam 250 Ha dan Tangkilsari 300 Ha.rri.co.id/ABU


Sumber :
http://www.rri.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=5916:kabpandeglang-banten-membuka-areal-tanaman-jagung-seluas-20-ribu-ha&catid=18:ekonomi&Itemid=206
5 Februari 2010

Antam Ambil Alih Pengelolaan Pertambangan Di Cimanggu

PT Aneka Tambang (Antam) akan mengambil alih pengelolaan manajemen pertambangan di Kecamatan Cimanggu, Pandeglang – Banten. Sebelumnya, pemilik kuasa tambang di wilayah itu adalah PT Cibaliung Sumber Daya (CSD) yang bekerja sama dengan perusahaan asing.

Dijelaskan oleh Direktur PT. CSD, Winardy, saat ini proses penyerahan pengelolaan managemen sedang dilakukan oleh PT Antam dan PT CSD. Prediksinya, sekitar lima bulan ke depan, prosedur penyerahan aka rampung dalam waktu sekitar lima bulan.

“Prosedur yang tengah ditempuh PT Antam dengan PT CSD, diibaratkan pasangan yang akan menikah. Antam saat ini baru lakukan peminangan, lima bulan lagi resmi nikah,” kata Winardy saat ditemui seusai serah terima Direktur PT CSD di halaman kantornya.

Winardy juga mengungkapkan, selama ini pengelolaan tambang di yang kawasan itu dilakukan melalui kerjasama antara PT. CSD dengan PT. Austindo (perusahaan asing-Red). Penanaman Modal Asing (PMA) di pertambangan itu mencapai 65 persen saham pertambangan. Sementara Antam hanya lima persennya.

“Tapi untuk ke depan sepenuhnya manajemen di pegang Antam,” terang Winardi.

Sementara terkait permasalahan lingkungan di sekitar lokasi tambang emas, terutama yang berdekatan dengan areal pertambangan, seperti Desa Padasuka dan Desa Mangkualam Kecamatan Cimanggu, Winardy berharap bisa melakukan penanganan bersama masyarakat setempat.

Terpisah, Camat Cimanggu Moch Saefudin, berharap pihak perusahaan pertambangan dapat memberikan pendidikan pertambangan kepada masyarakat, sehingga mampu menciptakan ahli tambang dari masyarakat setempat. Untuk itu, ia meminta perusahaan mau merekrut tenaga kerja dari warga sekitar sesuai dengan kemampuan masyarakatnya.

“Diharapkan kekurangan yang jadi kendala, untuk dilaksanakan penambangan dapat teratasi, begitu juga keterlibatan masyarakat yang sangat besar memiliki peran mendukung, agar dapat dipedulikan oleh pihak perusahaan,” ujar Camat.

Disisi lain, masyarakat berharap manajemen baru perusahaan itu lebih memperhatikan aspirasi masyarakat. Mengingat sejauh ini keinginan warga untuk mengungkapkan berbagai persoalan terkait dengan keberadaan pertambangan diwilayah mereka, belum terfasilitasi. Warga berharap Antam memiliki inisiatif untuk lebih mengetahui apa yang ada di masyarakat.

“Masih banyak kendala yang harus dicarikan solusi oleh manajemen baru, seperti permasalahan yang dikontrak maupun dibeli perusahaan. Masalah polusi yang harus ditelan masyarakat begitu saja, seperti dengan bisingnya suara yang muncul baik dari kendaraan dengan bobot angkut tonase besar yang kerap melintas di tengah perkampungan penduduk, juga harus dipecahkan agar bisa menciptakan suasana yang kondusif,” ujar beberapa warga usai menyaksikan serah terima kepemimpinan di perusahaan tersebut. (End)


Sumber :
http://www.koranbanten.com/2009/02/24/antam-ambil-alih-pengelolaan-pertambangan-di-ujung-kulon/
24 Februari 2009

Survei tol Balaraja-Panimbang

Pembangunan jalan tol dari Balaraja, Kabupaten Tangerang ke Tanjung Lesung Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang kini dalam proses survei. Survei dilakukan oleh Kementerian Perhubungan, Pemerintah Provinsi Banten, Pemerintah Kabupaten Pandeglang, Pemerintah Kabupaten Lebak, dan konsultan terkait.

Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Pandeglang Dadan Sudarma berharap pembangunan jalan tol tersebut bisa segera terealisasi, sehingga bisa memacu pertumbuhan ekonomi di kawasan wisata Tanjung Lesung dan akhirnya bisa menyejahterakan masyarakat sekitar jalan tol tersebut.

"Kami sudah dapat laporan dari pihak investor dan pemerintah daerah tentang rencana pembangunan jalan tol tersebut, dan perkembangan terakhir sedang dilakukan survei oleh pihak konsultan dan pemerintah terkait," kata Dadan.

Menurut Dadan, DPRD Kabupaten Pandeglang sangat mendukung rencana pembangunan fasilitas transportasi tersebut karena akan memberikan dampak positif terhadap pengembangan daerah terutama bidang pariwisata.


Sumber :
http://www.tender-indonesia.com/tender_home/innerNews2.php?id=5060&cat=CT0006
29 Maret 2010

Tanjung Lesung (Panimbang) Terus Dikembangkan

Kawasan wisata Tanjung Lesung yang terletak di Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten yang telah ditetapkan sebagai kawasan strategis akan terus dikembangkan.

"Kita akan terus mengembangkan kawasan Tanjung Lesung itu di antaranya dengan menggandeng pihak investor agar wilayah objek wisata tersebut bisa lebih maju," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Pandeglang Aah Wahid Maulani di Pandeglang, Senin.

Pengembangan kawasan Tanjung Lesung, kata dia, merupakan bagian dari provinsi Pemerintah Kabupaten Pandeglang yang telah menjadikan sektor pariwisata sebagai andalan di samping pertanian secara luas.

Ia juga menjelaskan, adanya rencana pembangunan Bandara Banten Selatan di Kecamatan Panimbang dan pembangunan jalan tol dari Balaraja-Tangerang hingga ke Tanjung Lesung akan mendukung pengembangan kawasan tesebut.

"Setelah Bandara dan jalan tol itu dibangun maka akses transportasi ke Tanjung Lesung akan semakin lancar, maka akan sangat mendukung pengembangan daerah wisata itu," ujarnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Cecep Djuanda secara terpisah menjelaskan, ada tiga alasan mengapa objek wisata Tanjung Lesung dijadikan sebagai kawasan strategis yakni karena wilayah itu merupakan kawasan nasional, masuk dalam tujuh kawasan pengembangan dan memenuhi syarat untuk pengembangan wisata sesuai dengan UU No.20 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

Sedangkan tujuh daerah yang menjadi fokus pengembangan periwisata, kata dia, yakni Carita, Pulau Umang, Labuan, Bama, Cikeudal dan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) serta Tanjung Lesung.

Pemerintah Kabupaten Pandeglang, telah mengeluarkan Perda No.2 tahun 2002 tentang Pariwisata Tanjung Lesung dengan luas arela peruntukan ribuan hektare wilayah tersebut merupakan kawasan potensial untuk dibangun dan dikembangkan.

Pengembangan kawasan tersebut, kata dia, akan dorong melalui kerja sama dengan investor, namun tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

Menurut dia, saat ini ada beberapa investor yang mengelola kawasan wisata Tanjung Lesung yakni PT Banten West Java dengan luas areal 1.500 hekatere (Ha), PT Pradita Prima (200 Ha), PT Rumpun Bambu (30 Ha), PT Andalan Bhakti (100 Ha), PT Bina Pusaka (150 Ha), PT Catur Karyasa (50 Ha), PT Kalapa Koneng (50 Ha) dan PT Syafiera Amalia (270 Ha).

"Seluruh investor itu telah kita undang untuk membicarakan pengembangan kawasan Tanjung Lesung sebagai kawasan strategis itu," ujarnya.

Pengembangan Tanjung Lesung sebagai kawasan strategis melibatkan lintas sektoral di antaranya Dinas Kebersihan dan Tata Ruang dan instansi lainnya. (Sumber: Antara)


Sumber :
http://m.kompas.com/news/read/data/2010.04.19.15032945
19 April 2010

Lokasi Bandara Di Panimbang Sudah Sesuai KKOP

Lokasi pembangunan Bandara Banten Selatan di Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, telah sesuai dengan aturan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP).

"Lokasinya telah ditetapkan dan telah sesuai dengan aturan KKOP, jadi sepertinya sulit untuk dipindahkan," kata Wakil Ketua DPRD Provinsi Banten Toni Mukson di Pandeglang, Rabu.

Menurut politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, kalau lokasi pembangunan Bandara itu dipindahkan maka butuh waktu lagi untuk melakukan pengkajian. Penetapan lokasi Bandara tidak bisa ditentukan begitu saja.

"Karena lokasinya telah ditetapkan dan telah sesuai dengan KKOP maka kita dukung saja agar realisasi pembangunannya bisa segera dilaksanakan," kata anggota DPRD Provinsi Banten dari daerah pemilihan Kabupaten Pandeglang itu.

Sekretaris Komisi IV DPRD Kabupaten Pandeglang Maman Lukman sebelumnya mengharapkan agar lokasi pembangunan Bandara tidak berada pada areal persawahan karena bisa mengurangi lahan pertanian di daerah itu.

"Lokasi pembangunan Bandara itu sudah final pada satu desa di Kecamatan Panimbang, dan lokasi itu sebagian besar merupakan areal persawahan," katanya.

Maman berharap agar pihak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten bisa kembali melakukan evaluasi terhadap lokasi pembangunan Bandara tersebut, dan jika memungkinkan dapat dipindahkan.

"Kalau bisa ditinjau ulang, kita mengharapkan agar lokasi Bandara itu pada areal yang tidak produktif, namun kalau lokasi itu memang sudah tidak bisa berubah kami tetap mendukung," kata politisi dari Partai Keadilan Sejahtera itu.

Pembangunan Bandara perintis itu, merupakan program dari pemerintah pusat guna mendukung kelancaran transportasi. Tujuannya untuk memudahkan penanganan ketika terjadi bencana di wilayah Pandeglang bagian selatan itu.

Sembilan kecamatan di wilayah Pandeglang bagian selatan di antaranya Panimbang merupakan daerah "langganan" banjir bandang. Setiap turun hujan deras di wilayah itu dipastikan terjadi banjir cukup tinggi dan merendam rumah penduduk, areal pertanian serta perkebunan.

(ras/RAS/ant)

Sumber :
http://vibizdaily.com/detail/nasional/2010/05/05/lokasi_bandara_di_panimbang_sudah_sesuai_kkop
5 Mei 2010

Panimbang, Sentra Budi Daya Kerang Hijau Masa Depan


Pandeglang-Sentra budi daya kerang hijau di Provinsi Banten terletak di Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Jika selama ini produksi kerang hijau berasal dari DKI Jakarta, maka untuk masa depan pusat pembudidayaan kerang hijau akan direlokasi ke daerah ini.

Kepastiannya belum jelas, namun persiapan ke arah itu telah dilakukan oleh provinsi tersebut.

Menurut Ubaidillah AS, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten, pembicaraan antara gubernur Banten dan DKI Jakarta sudah dilakukan namun baru secara informal. Alasan mengapa sentra pembudidayaan kerang hijau di Teluk Jakarta akan digeser ke Banten, sebab air laut di teluk tersebut sudah tercemar. Sedangkan di Panimbang, menurut penelitian DKP Banten, perairannya cocok dan belum tercemar sama sekali.

“Kami sudah melakukan ujicoba di sana dan hasilnya cukup memuaskan. Ketika itu beberapa BUMN kita undang dan tertarik untuk memberi bantuan bagi pengembangan budidaya kerang hijau di Banten,” ujar Ubaidillah di sela acara kunjungan wartawan Jakarta, pekan lalu di Serang.

Diuraikannya, PT Telkom dan Bank Jabar telah membuktikan kepedulian dengan memberi permodalan bagi nelayan yang tertarik. Budidaya kerang hijau, me-nurut Ubaidillah, baru kali ini dilakukan di Banten. Walau demikian, ujicoba yang belum lama dilakukan ternyata sukses sehingga bantuan modal datang dengan sen-dirinya. Dari PT Telkom, pihaknya mendapat pinjaman sebesar Rp 100 juta sebagai kredit UKM dengan bunga 3 persen per tahun yang langsung disalurkan kepada masyarakat.

Saat ini menurut TB Sudrajat, staf DKP di Pandeglang, di perairan Panimbang terdapat 173 bagan (tempat budidaya kerang hijau), 30 bagan sedang dalam persiapan. Saat ini masyarakat sedang menunggu panen raya kerang hijau yang jatuh sekitar Oktober – November. Saat itu usia kerang hijau sudah mencapai 6 bulan dan siap panen.
“Bagi Banten, saat itu peristiwa penting karena panen besar pertama yang sudah bisa dihitung berapa banyak perputaran uang yang terjadi di sini,” ujarnya.

Wasad (50), pembudidaya kerang hijau, adalah salah seorang yang bakal menjadi jutawan baru. Sebab pemilik 50 bagan itu sudah bisa menghitung berapa penghasilannya nanti. Diuraikannya, untuk membangun bagan diperlukan biaya Rp 6 juta. Modal ini lumayan berat jika dipikul sendiri oleh masyarakat. Oleh karenanya, sebagai ketua kelompok, pihaknya merasa bersyukur mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Pinjaman tersebut setiap sesudah panen (6 bulansekali) selama 3 tahun. Wasad yakin, panen mendatang akan memberi hasil memuaskan. Bukan cuma dirinya yang mencicipi, tapi semua anggota kelompoknya.

Dari satu bagan dalam 6 bulan bisa menghasilkan 15 ton kerang hijau dengan harga jual per kilogram Rp 600 - Rp 1000. Maka setiap anggota yang memiliki minimal 1 bagan bakal menerima Rp 9 juta – Rp 15 juta.

“Biaya operasional dan perawatan bagan tidak terlalu besar sehingga keuntungan yang lumayan masih bisa didapat,” jelas Wasad.

Perkembangan budidaya kerang hijau di kawasan ini termasuk cepat pertumbuhannya. Hanya dalam dua tahun jumlahnya hampir mencapai 200 bagan. Diakuinya, percepatan ini dipicu juga oleh pengalaman Wasad sebelumnya yang pernah menjadi pembudidaya kerang hijau pada tahun 2003 di Kamal, Tangerang. Ditambah lagi dengan peran Dinas Kelautan dan Perikanan setempat yang membantu memperlicin kedatangan bantuan dana dari berbagai pihak.

Di Panimbang, menurut Ubaidillah, di kawasan ini mampu menampung sampai 5.000 bagan. Kerang hijau adalah salah satu masa depan Banten yang menjanjikan. Rencana relokasi petani kerang hijau dari DKI Jakarta ke Banten, ditanggapi dengan hati-hati. Sebab jika itu terlaksana, pihaknya hanya mengizinkan aliran modal saja, sementara yang mengerjakan masyarakat lokal. Atau, pihaknya mengizinkan dengan syarat komposisi antara masyarakat lokal dengan pendatang adalah 80:20.

Ditambahkannya, kerang hijau dari Banten akan diekspor ke mancanegara. Ubaidillah yakin negara pengimpor akan meloloskan karena produksi kerang hijau dari wilayahnya bebas pencemaran. Ini berbeda dengan kerang yang berasal dari Teluk Jakarta.

“Kami tidak takut bersaing dengan daerah lain, sebab negara pembeli sebelumnya sudah survei. Nanti di dalam setiap kemasan dicantumkan label bebas pencemaran,” tuturnya bangga.n


Sumber :
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/usaha/2005/0820/ukm1.html

Sumber Gambar:
http://indonetwork.web.id/andro_marine/group+47315/kerang-hidup.htm

Sunset Di Tanjung Lesung - Panimbang

Ketika Ombak Mencumbu Tanjung Lesung - Panimbang


Gulungan-gulungan ombak berlomba menuju karang pantai Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten, Jumat (11/6/2010). Hembusan angin membawa mereka satu per satu memecah karang, meninggalkan buih putih di hamparan pasir. Bagai ditolak karang, gulungan ombak kembali ke tengah laut biru Tanjung Lesung.

Airnya bersih, pantainya tipikalnya pasir yang bercampur karang.

Pantai Tanjung Lesung terkenal dengan lautnya yang bersih serta pasir putihnya yang halus. "Airnya bersih, pantainya tipikalnya pasir yang bercampur karang," ujar manajer Beach Club, Tanjung Lesung, Benny Roza yang ditemui di pantai Tanjung Lesung, Jumat. Pecahan batu karang kecil-kecil tampak menghiasi pasir pantai namun tidak menyakitkan jika terinjak pengunjung. "Pantainya nggak drop ya, termasuk landai, dan relatif aman," kata Benny.

Pengunjung dapat berjalan menyusuri pantai menikmati semilir angin dan pemandangan pantai yang indah. Suasana pantai pun tampak sepi dan nyaman untuk beristirahat. Tersedia pula penginapan di tepi pantai yang menyediakan beragam fasilitas bagi pengunjung.

Pusat rekreasi Beach Club Tanjung Lesung yang terletak di Desa Tanjung Jaya, Tanjung Lesung, Pandeglang Banten tersebut baru dibuka pada 1998. Sejak itu, menurut Benny, banyak wisatawan yang berkunjung untuk menikmati permainan air dan taman laut Tanjung Lesung yang indah. "Kaya orang ke resort, keunikannya apa, nyoba snorkeling karena sport-nya luas buat snorkeling. Kebetulan di sini, taman lautnya bagus, ikannya bagus," kata Benny.
View Larger Map

Desa Tanjung Jaya, Tanjung Lesung cukup jauh dari Ibu Kota. Untuk mencapainya dari Jakarta diperlukan waktu sekitar empat jam.Pengunjung dari Jakarta harus melalui Jalan Raya Serang dan Labuan yang berliku dan sempit. Deretan sawah hijau menghiasi perjalanan menuju Tanjung Lesung. Meskipun memakan waktu lama, pengunjung akan menikmati perjalanan menuju Tanjung Lesung tersebut.


Sumber :
http://oase.kompas.com/read/2010/06/11/10185446/Ketika.Ombak.Mencumbu.Tanjung.Lesung
11 Juni 2010

Eksotisme Ujung Kulon - Sumur


Anda ingin merasakan sensasi suasana hutan alam dengan beragam tumbuhan dan satwa liar di dalamnya? Atau hendak menikmati keindahan perairan dengan debur ombak dan panorama pantai yang menawan? Datang saja ke Taman Nasional Ujung Kulon, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Mencapai lokasi ini tidak sulit. Wisatawan Jakarta dapat memilih rute jalan darat Jakarta-Serang-Labuan sejauh 120 kilometer dengan lama tempuh 4-5 jam. Bisa juga rute Jakarta-Cilegon-Labuan sejauh 140 kilometer dengan lama tempuh 5-6 jam. Namun, jika tak ingin lelah dan akan menggunakan kendaraan umum, itu juga tak masalah karena dua rute itu dilayani angkutan umum bus dan minibus.

Apabila ingin meneruskan perjalanan ke kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dengan naik kapal cepat berkapasitas sekitar delapan orang, pengunjung dapat berangkat dari Carita. Tarif sewa kapal cepat ini Rp 3,5 juta per hari. Pilihan lain, perahu motor berkecepatan sedang dengan kapasitas angkut sekitar 25 orang yang berangkat dari Sumur atau Tamanjaya. Tarif sewanya lebih murah, yakni Rp 1,8 juta per kapal per hari.

Pilihan transportasi sudah diputuskan, sekarang tinggal mempersiapkan diri untuk menikmati taman nasional tersebut. Para pelancong bisa menikmati keindahan laut dan pulau-pulau kecil dengan perairan di sekelilingnya.

Pengunjung yang gemar berselancar dapat memuaskan tingginya gelombang ombak di Teluk Pulau Panaitan. Keindahan terumbu karang dapat dinikmati di taman laut Pulau Peucang dan Kepulauan Handeuleum.

Pengunjung yang berminat menyelam dapat melakukannya di perairan sekitar Pulau Peucang dan pantai utara serta timur Pulau Panaitan. Atau ada yang ingin bersantai dengan naik kano? Kegiatan mendayung perahu langsing ini dapat dilakukan di sepanjang Sungai Cigenter, Sungai Pamanggangan, dan Cikabeumbeum.

Sebagai catatan, tidak di setiap waktu pengunjung bisa memasuki hutan Semenanjung Ujung Kulon karena kawasan ini merupakan habitat satwa langka badak bercula satu. Pastikan agar jadwal kunjungan tidak berbarengan dengan masa kawin badak. Jadwal dan rute kunjungan ini harus dikonfirmasikan dulu ke Balai Taman Nasional di Labuan. Selain itu, karena lokasi taman nasional dikelilingi perairan Selat Sunda dan Samudra Hindia, faktor cuaca harus benar-benar diperhatikan demi keselamatan. Jangan memaksakan jika cuaca buruk dan gelombang tinggi.

Pesona hutan

Pemandangan di darat pun tidak kalah memesona. Bicara mengenai hutan, ada perbedaan antara hutan di Pulau Peucang dan di Semenanjung Ujung Kulon. ”Di Pulau Peucang dapat ditemui hutan primer, sedangkan di semenanjung ini adalah hutan sekunder,” kata Dodi Sumardi, pegawai Balai TNUK.

Hutan primer dicirikan dengan lantai hutan yang relatif bersih dari semak belukar karena tumbuhan rendah tidak mampu berfotosintesis. Sementara itu, hutan sekunder, lantai hutannya penuh dengan semak belukar. Hutan sekunder di Semenanjung Ujung Kulon adalah hasil suksesi alami pascameletusnya Gunung Krakatau tahun 1883. Beragam jenis pohon menghiasi rimba Ujung Kulon yang merupakan hutan hujan tropis dataran rendah ini.

Ketika memasuki hutan di Gardu Buruk—salah satu blok di taman nasional—terlihat pohon kiara pencekik (Ficus sp) yang diameter jalinan akarnya lebih dari sepuluh rangkulan orang dewasa. Sebutan kiara pencekik karena pohon itu awalnya menempel di batang pohon inang. Namun, lambat laun, sembari mengisap sari makanan dari tubuh pohon inang, akar-akar kiara itu terus menjalar ke bawah hingga dapat menyedot hara dari dalam tanah. Pohon inang pun tercekik hingga mati, sementara kiara terus menjulang tinggi. Gambaran persaingan untuk bertahan hidup di alam.

Aneka satwa liar pun kerap dijumpai di taman nasional. Seekor ular pucuk dengan kepala berbentuk segitiga, tanda jenis ular berbisa, kami jumpai pula ketika mengikuti rombongan tim identifikasi badak tahun 2010 masuk ke hutan Ujung Kulon pertengahan Juni.

Belum lagi burung-burung dari berbagai jenis. Diperkirakan, ada 250 jenis burung yang memiliki habitat di taman nasional sehingga lokasi ini menjadi tempat ideal untuk menyalurkan hobi mengamati burung. Jika berkunjung ke taman ini, jangan lupa bawa teropong.

Kegiatan lintas alam masuk keluar hutan merupakan paket wisata yang disukai beberapa kalangan. Wisata ini selain menuntut kesiapan fisik menembus hutan belukar, pengunjung pun harus sabar apabila bertemu satwa liar.

”Kegiatan tracking di alam liar banyak disukai pengunjung, terutama yang muda dan berjiwa petualang. Kalau wisatawan keluarga, kebanyakan lebih suka berwisata ke pulau-pulau di kawasan TNUK yang ada penginapannya,” kata Edi Bachtiar, pemandu.

Khusus di Pulau Handeuleum, kemungkinan besar pengunjung bertemu rusa dan monyet. Hal ini karena ada belasan rusa di pulau tersebut. Apabila beruntung, bisa bertemu rusa yang muncul dari balik pagar belukar tempat penginapan wisatawan. Rusa-rusa ini kerap mendekat dan menjulurkan kepalanya menyantap makanan yang diberikan para wisatawan.

Akan halnya dengan monyet, primata satu ini juga kerap terlihat di pepohonan, termasuk yang tumbuh di sekitar penginapan. ”Pada hari-hari tertentu, sering ada sekelompok monyet bermain ayunan di sulur-sulur pohon dan kemudian ramai-ramai menceburkan diri ke kubangan sekitar sungai,” kata Mustari, petugas di resor Handeuleum.


Sumber :
C Anto Saptowalyono
http://travel.kompas.com/read/2010/06/26/11103675/Eksotisme.Ujung.Kulon
26 Juni 2010

Taman Nasional Ujung Kulon - Sumur





Taman Nasional Ujung Kulon merupakan perwakilan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang tersisa dan terluas di Jawa Barat, serta merupakan habitat yang ideal bagi kelangsungan hidup satwa langka badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) dan satwa langka lainnya. Terdapat tiga tipe ekosistem di taman nasional ini yaitu ekosistem perairan laut, ekosistem rawa, dan ekosistem daratan.

Keanekaragaman tumbuhan dan satwa di Taman Nasional Ujung Kulon mulai dikenal oleh para peneliti, pakar botani Belanda dan Inggris sejak tahun 1820.

Kurang lebih 700 jenis tumbuhan terlindungi dengan baik dan 57 jenis diantaranya langka seperti; merbau (Intsia bijuga), palahlar (Dipterocarpus haseltii), bungur (Lagerstroemia speciosa), cerlang (Pterospermum diversifolium), ki hujan (Engelhardia serrata)dan berbagai macam jenis anggrek.


Satwa di Taman Nasional Ujung Kulon terdiri dari 35 jenis mamalia, 5 jenis primata, 59 jenis reptilia, 22 jenis amfibia, 240 jenis burung, 72 jenis insekta, 142 jenis ikan dan 33 jenis terumbu karang. Satwa langka dan dilindungi selain badak Jawa adalah banteng (Bos javanicus javanicus), ajag (Cuon alpinus javanicus), surili (Presbytis comata comata), lutung (Trachypithecus auratus auratus), rusa (Cervus timorensis russa), macan tutul (Panthera pardus), kucing batu (Prionailurus bengalensis javanensis), owa (Hylobates moloch), dan kima raksasa (Tridacna gigas).

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan obyek wisata alam yang menarik, dengan keindahan berbagai bentuk gejala dan keunikan alam berupa sungai-sungai dengan jeramnya, air terjun, pantai pasir putih, sumber air panas, taman laut dan peninggalan budaya/sejarah (Arca Ganesha, di Gunung Raksa Pulau Panaitan). Kesemuanya merupakan pesona alam yang sangat menarik untuk dikunjungi dan sulit ditemukan di tempat lain.

Jenis-jenis ikan yang menarik di Taman Nasional Ujung Kulon baik yang hidup di perairan laut maupun sungai antara lain ikan kupu-kupu, badut, bidadari, singa, kakatua, glodok dan sumpit. Ikan glodok dan ikan sumpit adalah dua jenis ikan yang sangat aneh dan unik yaitu ikan glodok memiliki kemampuan memanjat akar pohon bakau, sedangkan ikan sumpit memiliki kemampuan menyemprot air ke atas permukaan setinggi lebih dari satu meter untuk menembak memangsanya (serangga kecil) yang berada di i daun-daun yang rantingnya menjulur di atas permukaan air.


Taman Nasional Ujung Kulon bersama Cagar Alam Krakatau merupakan asset nasional, dan telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Alam Dunia oleh UNESCO pada tahun 1991.

Untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Situs Warisan Alam Dunia, UNESCO telah memberikan dukungan pendanaan dan bantuan teknis.

Masyarakat yang bermukim di sekitar taman nasional yaitu suku Banten yang terkenal dengan kesenian debusnya. Masyarakat tersebut pengikut agama Islam, namun mereka masih mempertahankan kebiasaan-kebiasaan, tradisi, dan kebudayaan nenek moyang mereka.

Di dalam taman nasional, ada tempat-tempat yang dikeramatkan bagi kepentingan kepercayaan spiritual. Tempat yang paling terkenal sebagai tujuan ziarah adalah gua Sanghiang Sirah, yang terletak di ujung Barat semenanjung Ujung Kulon.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:

Tamanjaya dan Cibiuk. Pintu masuk utama dengan fasilitas, pusat informasi, wisma tamu, dermaga, sumber air panas.

Pantai Kalejetan, Karang Ranjang, Cibandawoh. Fenomena gelombang laut selatan dan pantai berpasir tebal, pengamatan tumbuhan dan satwa.

Pulau Peucang. Pantai pasir putih, terumbu karang, perairan laut yang biru jernih yang sangat ideal untuk kegiatan berenang, menyelam, memancing, snorkeling dan tempat ideal bagi pengamatan satwa satwa rusa di habitat alamnya.

Karang Copong, Citerjun, Cidaon, Ciujungkulon, Cibunar, Tanjung Layar, dan Ciramea. Menjelajahi hutan, menyelusuri sungai, padang pengembalaan satwa, air terjun dan tempat peneluran penyu.

Pulau Handeuleum, Cigenter, Cihandeuleum. Pengamatan satwa (banteng, babi hutan, rusa, jejak-jejak badak Jawa dan berbagai macam jenis burung), menyelusuri sungai di ekosistem hutan mangrove.

Pulau Panaitan, dan Gunung Raksa. Menyelam, berselancar, dan wisata budaya/ sejarah.

Musim kunjungan terbaik: bulan April s/d September.


Cara pencapaian lokasi:

Jakarta - Serang (1 1/2 jam via jalan Tol), Serang - Pandeglang - Labuan (1 1/2 jam) atau Jakarta - Cilegon (2 jam via jalan Tol), Cilegon - Labuan (1 jam) atau Bogor - Rangkasbitung - Pandeglang - Labuan (4 jam).

Labuan - Sumur (2 jam), Sumur - Pulau Peucang (1 jam dengan kapal motor nelayan) atau Labuan - Pulau Peucang (4 jam dengan kapal motor nelayan).

Kantor : Jl. Perintis Kemerdekaan No. 51, Labuan, Pandeglang 42264
Telp. (0253) 801731; Fax. (0253) 804651
E-mail : btnuk@cilegon.wasantara.net.id

Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1980
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 284/ Kpts-II/92,
luas 122.956 hektar
Ditetapkan ---
Letak Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten
Temperatur udara 25° - 30° C
Curah hujan Rata-rata 3.200 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 - 608meter dpl
Letak geografis 6°30’ - 6°52’ LS, 102°02’ - 105°37’ BT


Sumber :

http://www.dephut.go.id/INFORMASI/TN%20INDO-ENGLISH/tn_ujungkulon.htm

Rembang Petang Di Pulau Umang - Sumur


Sore sudah hampir berujung ketika saya tiba di pantai Legon, tidak jauh di sebelah utaranya kecamatan Sumur, Pandeglang, Banten. Pulau Umang memang menjadi tujuan saya sore itu. Di sana saya ingin menyaksikan detik-detik matahari tenggelam di horizon barat dari tempat paling barat di pulau Jawa.

Hanya ada satu dermaga yang disinggahi perahu motor yang mengantar-jemput pengunjung pulau Umang. Tidak jauh dari dermaga ada sebuah bangunan bergaya tradisional, berdiri menghadap pantai, yang dikelilingi oleh halaman parkir cukup luas. Sudah ada banyak mobil dan bis wisata parkir di sana. Rupanya bangunan ini adalah semacam kantor administrasi yang mengelola pulau Umang dan segenap aktifitas yang terkait dengan wisata pulau Umang.

Seorang petugas segera menghampiri dan menanyakan keperluan kedatangan saya dan seorang teman. Bagi petugas itu, sangatlah jarang pengunjung yang ujug-ujug sampai di situ tanpa melakukan pemberitahuan sebelumnya. Rupanya semua pengunjung pulau Umang biasanya sudah melakukan reservasi di kantor perwakilan manajemen Pulau Umang Resort & Spa di Jakarta, sedangkan saya njujug saja ke tempat itu dengan alasan hendak melakukan survey lokasi tujuan wisata.

Biaya untuk mengunjungi pulau Umang adalah Rp 100.000,- per orang, termasuk untuk menyeberang pergi-pulang dan seorang pemandu yang akan menemani selama kunjungan. Jam berkunjung bebas, asal tidak kelewat malam maka perahu motor akan siap mengantar kebali ke dermaga Legon. Perjalanan menyeberangnya sendiri sebenarnya hanya sekitar 15 menit, dengan perahu motor yang dilengkapi dengan baju pelampung.

***

Pulau Umang terletak di teluk Panaitan yang membentang di perairan antara Tanjung Lesung di sebelah utara dan Ujung Kulon di sebelah selatan. Luas pulau ini hanya sekitar 5 hektar. Di sebelah selatannya terdapat pulau Oar yang luasnya hanya sekitar 3,5 hektar dan berjarak 10 menitan berperahu motor dari pulau Umang. Karena hanya dua dumuk gundukan karang, maka kedua pulau ini tidak akan muncul di peta Indonesia.

Pulau Umang dan pulau Oar adalah properti pribadi milik seorang pengusaha dari Jakarta. Oleh karena itu wajar kalau pemiliknya berhak mengatur pengelolaan kedua pulau ini. Ibaratnya, kedatangan saya sebenarnya bukan sebagai wisatawan melainkan tamu yang masuk ke rumah orang. Perlu kulo nuwun dulu, lalu dituanrumahi oleh seorang pemandu, dan untuk semua itu harus mbayar..... Belum lagi kalau mau nunut makan dan bermalam.

Begitu mendarat di dermaga kedatangan di Pulau Umang, langsung disambut dengan ramah oleh seorang pemandu wisata. Tampak sebuah bangunan utama yang di depannya membentang sebuah kolam renang cukup luas yang salah satu batas tepinya berbatasan dengan bibir pantai. Bagus sekali. Sebelum jalan-jalan mengelilingi pulau Umang, sempat ngobrol-ngobrol dulu dengan sang pemandu sambil disuguhi jus kiwi, di lobby yang interior dalamnya terkesan antik. Tahulah saya, untuk menginap semalam di pulau Umang pada saat weekend perlu biaya hingga 1,5 juta rupiah per kamar yang berupa setengah villa, yaitu sebuah villa yang terbagi dua, masing-masing cukup untuk ditinggali sebuah keluarga. Sedangkan untuk makan telah disediakan paket bernilai dua-tiga ratusan ribu rupiah per orang per hari.

Sambil berjalan mengelilingi pulau Umang, sambil melihat-lihat bagian dalam bangunan villa yang berarsitektur minimalis, berkonstruksi kayu, tapi artistik. Bagian bawahnya ruang tamu dan kamar mandi bergaya ndeso, sedang mezanine atasnya untuk kamar tidur berukuran cukup luas. Ada 30 buah villa (yang berarti 60 kamar) yang setengah jumlahnya berkonsep sunrise karena menghadap ke arah matahari terbit di pagi hari dan setengah sisanya berkonsep sunset karena menghadap matahari tenggelam di senja hari. Di depan bangunan villa, tepat di bibir pantai dibangun banyak gazebo tempat para tamu dapat bersantai lesehan atau klekaran, beristirahat menikmati pemandangan pantai dan laut.

Berwisata ke pulau Umang agaknya menjadi kurang pas bagi wisatawan berkantong pas-pasan. Memang kebanyakan tamunya adalah warga Jakarta dan sekitarnya yang berniat membelanjakan simpanan anggarannya untuk agenda rekreatif yang berbeda. Dan jangan heran kalau setiap akhir pekan selalu ramai dikunjungi tamu. Ingin lebih puas tinggal di pulau Umang? Jangan khawatir, beli saja sebuah villa-nya yang berharga 1,5 milyar rupiah. Nyatanya memang ada juga yang membeli untuk dimiliki.

Berjalan mengelilingi pulau Umang tidak perlu waktu lama. Pemandangan alam pantainya sungguh mempesona. Terlebih di saat rembang petang di kala langit sedang terang benderang. Matahari nampak indah sekali sedikit demi sedikit menyembunyikan prejengan wajahnya, meninggalkan berkas dan pantulan cahaya di langit biru semburat merah, memantul pada bongkah-bongkah awan di angkasa (Ugh...., susah sekali merangkai kata-kata seperti ini......). Romantisme menikmati fenomena alam keseharian seperti itulah agaknya yang ingin dibeli wisatawan ber-budget tebal di pulau Umang. Padahal tidak usah menyeberang ke pulau Umang, melainkan nongkrong saja di pantai menghadap ke arah barat juga akan sama kenampakannya. Entah apa bedanya.....

Pasir pantainya berwarna putih bersih, tapi setelah terhempas oleh ombak ke daratan di beberapa tempat terlihat menjadi tidak bersih lagi, sebab onggokan sampah, kayu, plastik, sandal jepit, ikut terhempas di garis pantai. Onggokan batu-batu karang dan pepohonan yang tumbuh di antaranya, di bagian agak ke tengah laut, menambah pesona pemandangan alamnya yang begitu indah.

Di pulau Umang banyak ditanami pohon ketapang dan waru sehingga terkesan teduh dan berangin semilir. Cocok untuk digunakan sebagai arena bebas beraktifitas alam terbuka. Bagi penggemar olahraga air juga tersedia jetski atau speedboat. Bagi mereka yang hobi memancing malam hari tentu akan menyukai tempat ini. Bagi pengunjung yang menggemari wisata laut, perlu menyempatkan untuk menyeberang ke pulau Oar yang tidak berpenghuni. Alam daratan dan lautnya masih asli sehingga sangat cocok untuk berolahraga menyelam atau snorkling, di antara terumbu karang yang mengitari pulau Oar.

***

Sayangnya belum ada jalan tembus yang layak dilalui kendaraan yang menghubungkan dari Tanjung Lesung ke Legon, sehingga untuk mencapai dermaga penyeberangan di Legon harus menempuh jalan agak memutar melalui kecamatan Cibaliung dan Sumur. Kalau tidak, mestinya pulau Umang akan lebih enak dicapai dari pantai Carita terus ke selatan melalui Labuan dan menyusuri pantai barat Pandeglang. Pemandangan alam pada jalur ini tentunya akan lebih menarik ketimbang jalur yang harus dilalui sekarang.

Rute jalan untuk mencapai Legon cukup mudah dan aman. Mudah, karena banyak dilalui kendaraan umum dari Jakarta, Serang, Pandeglang atau Labuan. Juga tidak sulit kalau hendak dicapai dengan kendaraan pribadi. Dari Jakarta menuju Sumur jaraknya sekitar 215 km atau sekitar 4-5 jam perjalanan darat. Aman, karena melintasi kawasan yang mulai ramai lalulintasnya maupun dekat dengan pemukiman penduduk. Kalau dibilang kurang aman, itu karena setelah keluar dari Labuan, kondisi jalannya belak-belok melintasi pegunungan dan di beberapa lokasi kondisi jalannya agak sempit dan rusak.

Sebelum meninggalkan pulau Umang, selewat matahari terbenam hari mulai malam tapi tidak terdengar burung hantu, beruntung saya sempat bertemu dengan Pak Christian, sang pemilik properti. Ceritanya pulau itu dibeli pada tahun 1980, lalu tahun 1998 mulai dibangun dan dikembangkan untuk tujuan komersial, dan baru pada akhir 2004 mulai dibuka untuk umum. Dalam upayanya turut mengembangkan wilayah di pantai barat Pandeglang, kini Pak Christian sedang ancang-ancang memasuki industri agrowisata. Beberapa klaster lahan pertanian disiapkan yang nantinya akan ditawarkan kepada investor dengan melibatkan masyarakat sebagai petani penggarap. Ada yang berminat?


Sumber :
Yusuf Iskandar
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=8151
11 Mei 2008

Pulau Umang, Resort Nyaman dan Tenang


Untuk mencapai Pulau, diperlukan waktu kurang lebih 10 menit dengan kapal. Jangan khawatir, meski kapalnya kecil tapi mampu menampung paling tidak 20 orang. Dan setiap orang yang naik ke atas kapal wajib mengenakan pelampung. Belum lagi kapal tersebut memang salah satu fasilitas yang disediakan pengelola untuk tamu-tamu yang akan menginap di resort tersebut.

Keindahan pulau mulai terlihat ketika kapal mulai merapat ke dermaga. Meski tak besar, tapi konsep minimal dan natural bisa didapat. Fasilitas yang disuguhkan juga cukup banyak. Ada The Beach Club, Sunrise Cafe, Private Beach, Jacuzzy, Kids pool dan Gazebo di pinggir pantai.

Pembagian vila dipisah menjadi dua, yaitu sunset dan sunrise. Berkonsep 'Living in Nature,' bahan untuk vila banyak menggunakan kayu, batu dan kaca, rasanya nyaman untuk bisa beristirahat jauh dari keramaian kota. Apalagi suara debur ombak bikin hati berasa menyatu dengan alam.

Pulau Umang Resort dan Spa juga memiliki banyak program yang ditawarkan. Ada water sport, out bond, family out bond, honeymoon, corporate gathering, corporate meeting, family gathering dan wedding party.

Memiliki 58 kamar, anda dan keluarga bisa menjadikan Pulau Umang Resort dan Spa sebagai tujuan untuk menghabiskan liburan panjang. (Foto Ist)


Sumber :
http://www.astaga.com/content/pulau-umang-resort-nyaman-dan-tenang
12 Agustus 2009

Tambang Emas Cibaliung Antam Mulai Operasi Hari Ini

PT Aneka Tambang Tbk (Antam) mengumumkan tambang emas Cibaliung yang berlokasi di Banten mulai beroperasi Selasa (25/5).

Hal ini diungkapkan Sekretaris Perusahan Antam Bimo Budi Satriyo dalam keterbukaan informasi BEI, Selasa (25/5). Tambang emas Cibaliung ini dioperasikan oleh anak perusahaan Antam, PT Cibaliung Sumberdaya,

setelah diakuisisi dari ARC Exploration Australian pada 2009 lalu.

Tambang emas Cibaliung ini merupakan tambang emas bawah tanah yang dioeprasikan dengan metode penambangan mekanis cut and fill dan undercut and fill. Tambang emas Cibaliung memulai tahapan commissioning sejak April 2010. Dengan beroperasinya tambang ini, produksi Cibaliung dapat mencapai 500 kg (16.075 toz) pada 2010 dengan tingkat produksi penuh sekitar 2.000 kg (64.301 toz).

Tambang emas Cibaliung diperkirakan memiliki usia tambang enam tahun dengan cadangan logam emas diperkirakan sekitar 12.800 kg (411.530 toz). Pengoperasian tambang emas ini merupakan bukti upaya Antam untuk meningkatkan jumlah aset emas yang dimilikinya, selain tambang emas Pongkir, Jawa Barat.

Pengoperasian tambang emas Cibaliung merupakan langkah awal dari realisasi portofolio proyek Antram di industri hilit yang mencakup diantaranya proyek Chemical Grade Alumina Tayan, proyek Smelter Grade Alumina Mempawah, proyek PLTU Pomalaa dan proyek FeNi Halmahera.

Saat ini, Antam tengah berfokus pada percepatan proyek-proyek tersebut untuk secara kontinu meningkatkan nilai pemegang saham serta mengantisipasi kebijakan pemerintah terkait pengolahan mineral di dalam negeri mulai 2014. [san/cms]


Sumber :
Susan Silaban
http://www.inilah.com/news/read/ekonomi/2010/05/25/557311/tambang-emas-cibaliung-antam-mulai-operasi-hari-ini/
25 Mei 2010